Kawasan Borobudur, Jejak Peradaban Tanah Jawa & Ilmu Pengetahuan yang Hilang

Borobudur telah menjadi pusat perhatian selama berabad-abad. Dibangun jaman wangsa Syailendra, abad VIII – IX, masa Maharaja Samarottungga dan dilanjutkan oleh putrinya, Ratu Pramodha wardhani (th 800 – 850 M).

Puncak Candi Borobudur di pagi hari, 29 April 2019

Borobudur dibangun sebagai tempat ziarah spiritual, waktu itu diperuntukkan sebagai untuk beralih dari kehidupan duniawi yang dikuasai nafsu.

Kemegahan, keindahan, desain yang presisi, tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu bukti tingginya seni budaya nenek moyang kita. Kehidupan perekonomian masa tersebut, pastinya lebih dari cukup. Untuk membangun proyek sebesar dan perlu waktu sampai dua generasi, tentu perlu perencanaan pendanaan yang sangat besar. Secara teknologi, bisa jadi sudah ada teknik handling material dari quary, sampai stock pile, proses pabrikasi dan erection. Belum lagi teknologi pematangan lahan, dll. Untuk memenuhi kebutuhan pekerja, pastinya juga dipikirkan kebutuhan logistik dan akomodasi pekerja.

Yang kita ketahui adalah arsitek dari Borobudur adalah Gunadharma. Sangat mungkin bahwa untuk mengendalikan proyek sebesar ini, Gunadarma tidaklah sendiri. Ada tim besar dan berkelanjutan. Pembangunan yang membutuhkan waktu 60-70 tahun (kira-kira) tentunya tidak tergantung pada aktor tunggal. Pastinya ada pencatatan yang sangat baik, dari perencanaan, progres pelaksanaan dan rencana kebutuhan meterial, tenaga kerja dan logistik. 

Tidak jauh dari Borobodur, terdapat dua candi lain, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut. Ketiganya dibangun pada satu garis lurus imajiner. Coba cek di google map. Candi mendut bercorak Budha Mahayana dibangun pada masa Raja Indra Dinasti Syailendra, selesai sekitar tahun 824 M. Candi Pawon berada dinatara candi mendut dan Borobudur. Ada yang berpendapat tempat menyimpan senjata Raja ada yang berpendapat untuk menyimpan abu raja atau keluarga raja. Dibangun pada abad yang sama.

*)Sebagai gambaran, di kurun waktu yang sama, dibelahan dunia lain juga tengah berkuasa Khilafah Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, masa keemasan setelah Khalifah Harun Al Rasyid (786-809). Sedang di belahan Eropa tahu 800an adalah masa kebangkitan kembali Kekaisaran Romawi Barat, dikenal sebagai abad pembaharuan Karoling. Juga ditandai dengan beberapa perang saudara. Wilayah Eropa sisi selatan di tahun-tahun itu dikuasai oleh Khalifah Abasiyah. Astronom Al Khaarizmi yang memperkenalkan aljabar di Eropa juga hidup di jaman itu (780 – 850 M).

***

Thomas Stamford Rafles (1811-1816) dalam the History of Java-nya menceritakan bagaimana Brambanan (Prambanan) dan Boror Bodo (Borobudur) are admirable as majestic works of art (karya seni yang mengagumkan dan megah). Waktu ditemukan, Candi Borobudur masih ditutupi tanaman, keindaan permbuatan yang halus, simetri, teratur dengan jumlah begitu besar, karakter patung dan relief sangat menarik, dia sampai heran kok tidak ada yang memeriksa sebelumnya.

Dibukanya kembali Candi Borobudur bermula dari kunjungan Raffles (saat itu Gubernur di Jawa)ke Semarang  tahun 1814. Mendapat laporan dari Tumenggung Secodiningrat, mengenai gundukan besar reruntuhan  Candi di daerah Muntilan.  Rafles menunjuk HC Cornelis untuk melakukan investigasi awal. 

12 abad kemudian, masih bisa kita saksikan mahakarya ini, sebagai bukti kapasitas pengetahuan manusia penghuni kepulauan ini.

Sayangnya tidak banyak rekaman tertulis yang tersisa/diwariskan ke kita. Bisa jadi beberapa rekaman tertulis berupa prasasti dll sudah berpindah tempat pada jaman kepulauan ini dikoloni oleh bangsa Eropa, tapi penegtahuan bagaimana merencanakan dan mengelola megaproyek sampai beberapa generasi, sama sekali kita tidak mewarisinya. Maka tidak ada salahnya mencatat apa yang kita ketahui dan membaginya. Siapa tahu dikemudian hari ada manfaatnya. 

Cerita 6 Hari di Prancis #2 : Metz, Kota Gotik di Prancis Timur !

Cerita 6 Hari di Perancis #2

Senin, 11 Nopember 2017

Jam 8:20 pagi, kereta cepat Train Ć  Grande Vitesse (TGV) tiba di stasiun Mets Ville (Gare de Metz). Cukup 1,5 jam untuk menempuh jarak 320 km dari Stasiun Paris Est.

Langit tampak mendung, suasana peron belum begitu ramai. Mungkin karena masih pagi dan bukan akhir pekan, atau bisa jadi karena Metz tidak menjadi tujuan utama wisata Prancis ?

Suasana Peron Penumpang Stasiun Gare De Metz (11 Sept 2017)

Metz

Secara geografis, Metz berada di bagian Timur Laut Perancis. Metz adalah ibu kota Lorraine, prefektur Moselle. Berbatasan langsung dengan Belgia, Luxsemburg dan Jerman. Dulu menjadi bagian kekaisaran Romawi, pernah dua kali dianeksasi Jerman. Banyak peninggalan bangunan bersejarah di kota ini. Dominan dengan style Ghotic.

Gare de Metz-Ville Station

Stasiun ini adalah stasiun kereta api utama yang melayani kota Metz. Kadang disebut sebagai Stasiun Istana, karena menampilkan apartemen Kaiser Jerman Wilhelm II. Stasiun ini dibangun pada saat aneksasi oleh German pertama kali. Merupakan karya Arsitek: JĆ¼rgen Krƶger, dengan gaya arsitektur Art Nouveau Architectureā€. Bangunan ini mulai difungsikan tahun 1908. Stasiun Metz telah terdaftar sebagai Monumen Bersejarah sejak 15 Januari 1975. (Dirangkum dari halaman Wikipedia).

Stasiun ini menghubungkan langsung Prancis dengan Luxemburg.

***

Dari stasiun Gare de Metz, kami berjalan kaki sekitar 450  meter ke arah Barat Laut, menuju Hotel Ibis Style, di 2 Rue Gambetta, 57000 Metz, Prancis. 

Suasana Pedestrial dari Stasiun ke Hotel

Hotel Ibis Style Metz Centre Gare

Dulunya, hotel ini ini dikenal dengan Hotel Royal. Masih mempertahankan facade klasik, tidak banyak berubah. Hotel ini dibangun pada tahun 1904. Kaisar William II pernah tinggal disana ketika Statiun Metz diresmikan pada tahun 1908. Selama perang 1939-1945, hotel tersebut diambil alih oleh Wehrmacht (angkatan bersenjata Nazi Jerman). Konon katanya ada ruang bawah tanah dan tidak dibuka akses untuk umum.

Setelah menaruh koper di kamar masing-masing, kami menyempatkan diri untuk sarapan di Hotel. Pagi itu dengan menu telur rebus, roti dan susu sereal. 

ā€œBienvenue Chez Vous !!ā€ (Selamat Datang di Rumah !!), semacam mading di salah satu dinding lobi Hotel.

***

Jam 9:20. Kami berangkat ke Metz Factory, di MaiziĆØres-Les-Metz France, suatu Kawasan Industri di pinggiran kota tersebut. Berjarak kurang lebih 12 km dari Hotel tempat kami menginap. Tiba di lokasi pukul 10:00, registrasi sebentar, dilanjutkan perkenalan dan paparan dan diskusi produk manufactur tersebut.. 

Suasana Traning Hari ke-1

Waktu istirahat tiba, kami dijamu makan siang di tempat. Setelah semua hidangan selesai kami nikmati, kami dikenalkan dengan beberapa jenis keju. Keju adalah salah satu makanan khas Prancis. Ada banyak sekali jenis keju di Prancis, konon sampai ratusan jenis. Keju berasal dari fermentasi susu sapi, biri-biri, kambing atau kombinasi berbagai jenis susu. Aroma keju sangat khas, dari yang aroma biasa seperti yang sehari-hari kita temui, sampai keju dengan aroma sangat kuat. Orang udik seperti saya, coba mencicipi keju dengan aroma paling kuat, rasanya luar biasa, dan sepertinya saya tidak akan mencoba lagi. 

Setelah istirahat siang, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke line produksi untuk melihat secara langsung tahapan produksi. Di line produksi, kami sempat menyapa salah satu pekerja berwajah Asia, beliau mengenalkan diri berasal dari Vietnam, sudah 6 tahun bekerja disana. 

Yang saya saksikan, para pekerja bekerja dalam hening, hampir-hampir yang terdengar hanya suara mesin. Sebagian besar tahapan produksi dilakukan secara manual, rata-rata usia pekerja sudah senior. Tidak terlihat pekerja yang disibukkan dengan gadget. Di line produksi diperlukan konsentrasi dan tingkat ā€˜awasā€™ yang tinggi karena banyak pergerakan alat berat dan penggunaan beberapa bahan kimia. Artinya cukup beresiko, tidak boleh ada kecelakaan kerja atau reject product karena keteledoran. 

Infonya, mereka jarang bekerja overtime, memaksimalkan waktu kerja untuk memastikan tahapan pekerjaan selesai sesuai milestone. Jadi, cukup waktu untuk beristirahat dan kembali bekerja esok harinya dalam kondisi fresh dan tetap produktif.

Training hari pertama selesai jam 16:00 waktu setempat. Kami kembali ke Hotel. 

***

Sepanjang perjalanan kembali ke Hotel, kami melewati deretan pabrik, area pertanian, residential dan gedung-gedung bisnis berarsitektur klasik, menarik.

Sampai Hotel sekitar jam 16:30 waktu setempat. Kami berencana jalan-jalan melihat sekeliling kota Metz.

Sambil menunggu rekan lain kumpul, saya sempatkan mengabadikan aktifitas orang hilir mudik disekitar Hotel.

Dari Hotel, kami berjalan ke arah Barat Laut, menyusuri jalan Rue Chatillon. Jalan diapit deretan bangunan berasitektur klasik, dengan dominan warna kuning gading. Belok kanan ke arah jalan Av. Robert Schuman.

Sebelah kanan, deretan bangunan Banque de France, Restoran, apotik dan beberapa bangunan bisnis lain. Di sebelah kiri area terbuka seperti lapangan. Kami terus berjalan sampai perempatan di depan jalan Rue Serpeniose. Di perempatan tersebut berdiri monumen berbentuk patung tinggi. Dari keterangan di kaki monumen diterangkan bahwa monumen tersebut merupakan replika kolom abad ketiga AD, ditemukan tahun 1878. Merupakan simbol-simbol spiritual peradaban Gallo-Roma. Diresmikan walikota setempat 10 Februari 1989.

Masuk jalan Rue Serpeniose, kanan kiri jalan berupa pertokoan. Sepertinya jalan ini adalah salah satu pusat perbelanjaan modern di kota Metz. Nampak ramai lalu lalang orang untuk berbelanja atau sekedar menikmati suasana sore atau melintas sepulang kerja.

Salah satu yang menarik dari penduduk Metz adalah cara berbusana yang modis, baik tua maupun muda. Cara mereka memadukan warna netral dan kontras begitu menarik, tapi tidak berlebihan.

Menyusuri jalan Rue Serpenoise beberapa ratus meter, lalu belok kiri ke jalan du Petit Paris. Sampai perempatan pertama, belok ke arah kanan menuju jalan Rue Fabert. Melewati 1 blok, belok kiri, sampailah kami di depan Marche Couvert, depan komplek Gereja Katedral Metz.

MarchƩ Couvert

MarchƩ Couvert (pasar tertutup), terletak di sisi depan Gereja Catredal Metz. Bangunan ini adalah pasar bersejarah dengan kios dan toko permanen dalam struktur tertutup besar di pusat bersejarah Metz. Pasar Tertutup ini adalah salah satu yang tertua, paling megah di Prancis dan merupakan rumah bagi produsen dan pengecer makanan lokal tradisional yang masih difungsikan sampai saat ini. Awalnya dibagun sebagai istana uskup, dibangun tahun 1785 dan sebelum selesai terjadi revolusi Perancis, sempat kosong sampai tahun 1821, kemudian bangunan ini dibelu oleh Pemerintah kota setempat. Dibuka kembali tahun 1831, difungsikan sebagai pasar.

Marche Couvert

Metz Catredal (CathƩdrale de Metz)

https://goo.gl/maps/NtQJDSDZxzpkYnux5

Bangunan setinggi 88 meter ini adalah Gereja katedral Katolik Roma. Katedral ini dibangun pada abad ke-14 sebagai penggabungan dari dua Gereja. Tepatnya mulai dibangun tahun 1220 dan baru selesai tahun 1550. Dipenuhi jendela kaca patri karya seniman Prancis pada jamannya. Kami tidak sempat masuk untuk melihat interior bangunan tersebut.

***

Jam 7 sore masih terang. Kami kembali ke Hotel, melalui jalan lain, bermodalkan google map. Menyempatkan diri berisitirahat menikmati kopi dan kue kering di area kuliner Pl. Saint Jacquest.

***

Sampai hotel sudah masuk waktu maghrib. Kami kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat sebentar. Agenda berikutnya adalah cari makan malam di luar.

Jalanan kota Metz terang oleh lampu. Kami sepakat mencari kebab untuk makan malam. Lokasinya tidak begitu jauh dari hotel. Namanya “Tezel Kebab Food”. Pramusajinya merupakan imigran dari Afganistan, berperawakan kecil. bahasa tidak begitu mennyulitkan kami untuk saling urau dan tertawa. Mungkin beliaunya happy diajak ngobrol, sampai memberi minuman kaleng gratis. Tiba-tiba di teras terlihat orang lari menenteng sesuatu. Kursi milih rumah makan kebab dibawa lari orang. dia lari keluar mencoba mengejar, tapi akhirnya mengikhlaskan, mungkin tepatnya menyerah. Ternyata perilaku krimimal bisa terjadi di mana saja. Kembali ke kebab, dengann harga per porsi sekitar 4,5-6 Euro, sudah sangat bikin kenyang, sampai akhirnya sisanya makanan saya bungkus untuk dilanjutkan makan di Hotel.

Selasa, 12 Nopember 2017

Hari kedua di Kota Metz. Kami kembali ke pabrik untuk melanjutkan Training hari kedua dan kunjungan ke line produksi di manufactur lokasi lain. 

***

Jam 14:30 training hari kedua selesai, kembali ke Hotel dan langsung packing. Kami melanjutkan perjalanan ke lokasi training berikutnya, Le Berelie, kota di ujung selatan Prancis. Berjarak 770an km dari Kota Metz. Kami menggunakan moda transportasi yang sama saat berangkat, Kereta Cepat TGV (SNFC).

(Bersambung) Cerita 6 Hari di Perancis #3 : Perjalanan ke Fonteney-le-Comte, Perancis.

Apa dan Bagaimana Electrical Engineer Bekerja ?

Foto bersama Prof Tumiran, di salah satu Project di Bandara Soeta

Dalam suatu Project, porsi pekerjaan Elektrikal tidak terlalu besar, berkisar antara 7-18 % . Kecuali untuk Project terkait electricity, lingkup pekerjaan listrik menjadi dominan.

Baik porsi kecil maupun besar, tahapan kegiatan electrical engineer kurang lebih sama.

INPUT yang diperlukan oleh electrical engineer dalam bekerja antara lain :

  1. Scope pekerjaan
  2. Persyaratan teknis 
  3. Standard yang dipersyaratkan
  4. Load List (daftar beban)

Scope pekerjaan, diperlukan untuk mengetahui batasan lingkup equipment apa saja yang menjadi kewajiban untuk disuplai oleh kontraktor. Tetapi kewajiban engineer dalam mendesain, seringkali ā€˜wajibā€™ memasukkan pekerjaan lain yang bersinggungan, baik di sisi hulu maupun hilir dari suatu sistem. Hal ini terkait integrasi system, koordinasi peralatan pengaman, dan evaluasi kapasitas.

 Persyaratan Teknis, diperlukan sebagai acuan batasan mininum spesifikasi, nilai toleransi yang diijinkan dan spare yang diminta.

Standard yang dipersyaratkan, sebagai acuan metode evaluasi, perhitungan, dan pemilihan peralatan.

Load List adalah daftar peralatan yang membutuhkan komsumsi daya listrik tanpa kecuali (umumnya disebut beban listrik). Beban listrik bisa berupa penerangan, stop kontak, peralatan pengatur suhu ruangan, motor-motor penggerak (travelator, motor dll). 

Untuk perhitungan estimasi besarnya daya penerangan dan stop kontak, dihitung mengacu pada produk design dari enginering sipil atau arsitektur. Dimensi ruangan, warna finishing, opening jendela, jenis ruangan (peruntukan kegunaan ruangan, ruang kerja, selasar dan dapur memiliki kebutuhan tingkat penerangan yang berbeda).

Untuk perhitungan estimasi kebutuhan beban lain (misalnya motor penggerak), berdasarkan product desain dari mechanical engineer. Biasanya mechanical engineer akan menghitung kebutuhan komsumsi daya listrik berdasarkan mechanical calculation. Mechanical calculation didasarkan pada kapasitas produk atau beban yang dipersyaratkan.

OUTPUT atau produk dari electrical engineering antara lain Perhitungan Beban Listrik (Load Calculation), Perhitungan kebutuhan kapasitas Trafo (Transformer Sizing), Perhitungan Dimensi Kabel (Cable Sizing), Simulasi Gangguan Hubung Singkat, Koordinasi Relai Proteksi dll.Ā 

Product Engineering ke pihak eksternal (pemberi pekerjaan), biasanya dengan urutan sebagai berikut :

  1. Preliminary Single Line Diagram (SLD). SLD dapat dimulai di tahap awal, tidak harus menunggu product engineering dari disiplin lain. Single line diagram (SLD) adalah elemen dasar bagi electrical engineer untuk menjelaskan konsep design fasilitas kelistrikan di project tersebut, termasuk irisan/batasan dengan lingkup pekerjaan lain maupun fasilitas eksisting. SLD ini juga sebagai dasar untuk perhitungan lainnya. Nilai parameter di SLD masih menunggu final calculation. Secara garis besar, SLD ini kalau di civil engineering atau arsitektur sebagaimana gambar layout, atau proses flow diagram di process engineering atau block diagram di instrument engineering. Diperlukan persetujuan dari pihak yang berkompeten di sisi owner untuk lanjut ke proses desain berikutnya.
  2. Lighting Calculation, perhitungan daya listrik yang dibutukan untuk kebutuhan pencahayaan ruangan, baik indoor maupun outdoor. Perhitungan indoor berdasarkan persyaratan lumens minimum, dimensi ruangan, tinggi level kerja dan pemilihan unit lampu. Perhitungan kebutuhan lampu dapat dilakukan secara manualĀ  maupun software. Software gratis seperti dialux atau calculux juga sudah compatible dengan pemilihan jenis luminaire (lampu) dari berbagai brand dan secara visual lebih mudah untuk dijelaskan ke pihak pemberi pekerjaan.
  3. Load List HVAC, mengacu ke Heating Ventilation and Air Conditioner (HVAC) Calculation yang umumnya product dari Mechanical Engineer (kadang untuk kapasitas kecil, langsung dihitung oleh electrical engineer).
  4. Load Calculation, menghitung total kebutuhan daya di sistem yang dibangun, biasanya dikelompokkan berdasarkan panel distribusi dan di resume di Total Load Calculation. Mempertimbangkan jenis beban, continue, intermittent dan standby.
  5. Cable sizing, menghitung kebutuhan mininal diameter kabel, berdasarkan kebutuhan daya yang di supply, jenis kabel, jarak sumber ke beban, type konstruksi (underground atau aboveground), perhitungan jatuh tegangan maksimum dan simulasi hubung singkat.
  6. Short circuit Calculation, untuk mensimulasikan kemampuan operasi peralatan (Kapasitas busbar (lempengan tembaga dalam panel yang difungskan sebagai penghantar listrik, kapasitas kabel, dan peralatan pemutus), jika terjadi kondisi hubung singkat.Ā 
  7. Simulasi Relay Coordination. Untuk mensimulasikan efektifitas peralatan pengaman, melokalisir gangguan, mengamankan manusia maupun peralatan.
  8. Grounding Calculation & Lightning Protection
  9. Technical Datasheet Peralatan,Ā 
  10. Detail Drawing (layout instalasi peralatan dan detail instalasi)
  11. Inspection Test Plan
  12. Prosedur Instalasi, Operasi dan Maintenance
  13. Asbuilt
  14. Dokumen-dokumen vendor
Contoh Single Line Diagram

Selain itu, produk electrical engineering untuk keperluan internal, sebagaimana sudah dijelaskan di tulisan sebelumnya Berbagi Pengalaman Pekerjaan Kontrak EPC dan  Design & Build

Tulisan berikutnya, coba menjelaskan lebih detail bagimana masing-masing product electrical engineering ini disusun.

Selamat beraktifitas.

Memotret Milky Way, Ala Amatir

ā€œFoto menarik adalah foto yang lebih memancing untuk dililhat, dibandingkan foto lainā€ (Arbain Rambey).

Apa yang menjadikan suatu karya fotografi menarik ?

Karya fotografi menjadi menarik, salah satunya karena manusia dimungkinkan untuk melihat benda dengan cara lain, tampilan visual yang berbeda dengan yang terlihat kasat mata, selain karena cerita yang menjadi latar belakang foto tersebut. 

Saat ini, karya fotografi sangat terbantu oleh tersedianya berbagai type lensa kamera. 

Lensa makro, prinsip kerja mirip dengan mikroskop, memungkinkan kita melihat benda jauh lebih detil, misal benang sari bunga, pupil mata, hewan mikron, tetes air dll. 

Lensa dengan bukaan lebar – memungkinkan kamera menangkap gambar dengan latar belakang kabur/bokeh, yang tidak mungkin dapat dilihat mata normal.

Lensa tele, sebagaimana teropong, memungkinkan kita melihat benda-benda yang berada di tempat jauh, dengan gambar lebih detail dan jelas. Contohnya adalah foto dari udara, foto bulan, foto human interest. Lensa ini juga digunakan untuk foto candid.

Selain lensa yang disebutkan diatas,  masih ada lensa fish eye, lensa wide dll. Sedangkan berdasarkan kemampuan zoom, lensa dibedakan menjadi dua, lenza zoom (perbesaran bisa diatur) dan lensa fix (perbesaran tetap).

Kali ini saya coba berbagi pengalaman menangkap foto milky way atau sering kita kenal dengan sebutan galaksi Bimasakti, menggunakan lensa fix.

Sebagai persiapan, saya siapkan kopi, kamera, lensa, dan tripod apa adanya.

Langkah Pertama, usahakan pilih waktu tanggal bulan mati dan cari lokasi gelap, tujuannya minimalkan  ā€˜polusi cahayaā€™.

Kedua, cari posisi milky way berada. Yang saya lakukan adalah dengan memotret beberapa titik dilangit dimana secara kasat mata paling banyak terlihat bintang. Ada 1 bintang yang cukup besar sebagai acuan. Lalu cek posisi paling tepat dimana mily way berada.

Ketiga, coba beberapa setting kamera. Kebetulan saya menggunakan lensa fix 17 mm bukaan maksimal f/1.8.

Beberapa kombinasi setting kecepatan, bukaan dan ISO, hasilnya sebagai berikut :

Dari beberapa percobaan, saya lebih memilih setting di bukaan diafragma f 2.8 dengan kecepatan rendah 30 s, ISO 2500. Mungkin bisa dicoba dengan ISO lebih rendah untuk meminimalkan noise.

Oh ya, satu lagi, jangan lupa untuk setting focus, pilih manual. Beberapa type lensa kesulitan untuk mendapatkan fokus terhadap benda jauh.

Selamat mencoba.

Tips Memotret Bulan

Bulan merupakan satelit bumi alami, telah lama menjadi acuan manusia untuk menentukan waktu. 

Melihat bulan selalu menarik, meskipun muka bulan yang menghadap ke bumi selalu pada arah yang sama, akan tetapi waktu muncul dan posisinya selalu berubah seiring bergantinya hari dan dari bentuk bulan sabit ke bentu bulat sempurna dan kembali berbentuk bulan sabit. Ketertarikan manusia terhadap bulan, ada yang hanya cukup memandangi, ada yang mewujudkannya dalam bentuk karya lukis, lagu, puisi dan juga direkam dalam bentuk karya fotografi.

Saat ini manusia dimudahkan untuk memotret penampakan bulan.

Fiture dan kelengkapan yang diperlukan dari kamera adalah :

  1. Lensa Tele
  2. Manual focus atau auto-manual focus
  3. Timer
  4. Kecepatan
  5. ISO 
  6. Bukaan lensa
  7. Tripod (option)

Lensa Tele, diperlukan untuk mendapatkan zoom yang dinginkan, setidaknya detail permukaan bulan bisa dilihat dengan jelas. Kebetulan saya menggunakan lensa Zuiko Micro43 75-300 mm (35mm Equivalent Focal Length 150-600mm).

Fungsi manual atau auto – manual. Mengaktifkan fungsi autofokus untuk melihat benda yang sangat jauh, pada sebagian kamera akan sulit mendapatkan titik focus, karena fokus akan lari secara kontinyu. Fungsi kombinasi auto manual memberikan kemudahan untuk mendapatkan fokus secara auto, kemudian fokusnya dikunci secara manual. Saya lebih memilih auto+manual.

Fungsi timer atau remote, diperlukan untuk memastikan pada saat merekam gambar, kamera tidak boleh goyang sama sekali. Untuk itu penggunaan tripod akan sangat membantu. Jika tidak ada tripod, dapat menggunakan benda lain sebagi tumpuan, asalkan dipastikan kamera tidak gerak. Kamera yang goyang pada saat merekam, akan menyebabkan gambar kabur (blur). Kebetulan di kamera saya hanya ada pilhan 2 dan 12 s. Saya memilih 12 s.

Fungsi kecepatan (speed), lebih baik melakukan setting speed tinggi 1/120 s untuk menghindari gambar kabur, meskipun saya juga pernah coba di speed rendah di 1/8s.

Kombinasi setting ISO dan bukaan lensa (diafragma) penting untuk mendapatkan tampilan gambar yang tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang.

Jika ingin foto fokus ke bulan saja, bisa menggunakan foto dengan bukaan lebar f2.8 sehingga ISO tidak perlu terlalu tinggi dan noise minimal. Tetapi jika diperlukan untuk menangkap foreground apakah itu awan atau pepohona/daun, maka pilih bukaan kecil sampai foreground tidak tampak blur dan ISO dinaikkan sampai dirasa cukup. ISO 4000 di kamera yang saya gunakan masih cukup bisa ā€˜diterimaā€™ terbantu oleh fokus tampak muka bulan sedang backgroud gelap.

Mencoba setting speed 1/80, bukaan f/6.7, ISO 3200 dan saya pasang timer 2s.

Berikut beberapa hasil foto bulan.

Kabar baiknya, jika beruntung mendapatkan visual bulan yang jelas pada siang hari, anda tidak perlu tripod, cukup dipegang dengan tangan, hasilnya seperti berikut.

Selamat mencoba, jika mendapatkan setting yang lebih optimal, mohon bisa sharing.